Sumber gambar : www.muslim.or.id
Hati yang dimana Al-Quran membahasakannya dengan Qalbu dan Fu'ad. Seperti asal katanya, Qalbu artinya berbolak-balik, maka hatipun sangat mudah untuk berbolak balik. Untuk itu, manusia diajarkan doa agar hati manusia tidak berbolak-balik dalam menaati Allah. "Yaa munqollibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinik wa thaatik." Ya Allah yang membolak-balikan hati manusia, tetapkanlah hatiku agar selalu dalam agama-Mu dan ketaatan-Mu. Sebuah doa yang penuh pengharapan agar hati kita selalu tunduk dan patuh atas keagungan Allah.
Rasulullah SAW memisalkan hati ini dengan bulu
yang diterpa angin, sabda Rasulullah SAW: “Permisalan
hati sebagaimana bulu yang diombang-ambing oleh angina di tengah tanah yang
lapang.” (HR. Ibnu Majah). Allah SWT mensifati hati orang yang beriman
sebagai hati yang selamat Qalbun Saliim.
Pada mulanya, hati manusia adalah hati yang
bersih dan suci. Karena perbuatan manusialah yang menyebabkan hati tersebut
menjadi kotor. Hati manusia kotor karena perbuatan fasiknya, perbuatan
tercelanya, dan perbuatan-perbuatan yang dapat menyakiti hati seperti halnya
kikir, dengki, iri, dan dendam. Hati yang demikian merupakan hati yang sangat
disenangi oleh syeitan, hingga Allah mengunci mata hati tersebut sampai buta.
Seperti salah satu Firman Allah dalam salah satu ayat-Nya.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ
لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ
بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ
بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
179.
dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang
lalai. (Q.S
Al-A’raf:179)
Dalam tafsir Jalalayn disebutkan bahwa neraka
Jahannam kelak akan diisi dari jin dan manusia yang mereka mempunyai hati
tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, yakni perkara-perkara
yang haq. Mereka mempunyai mata tetapi tidak diperguanakannya untuk melihat
tanda-tanda kekuasaan Allah, yakni bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah
dengan penglihatan yang disertai dengan pemikiran. Dan mereka mempunyai telinga
tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah.
Mereka tidak
mendengar nasihat-nasihat-Nya dengan pendengaran yang disertai pemikiran dan
ketaatan. Demikianlah maka mereka seperti binatang ternak karena tidak mau
mengetahui, melihat dan mendegar. Bahkan mereka lebih sesat dari hewan ternak
itu sebab hewan ternak akan mencari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan ia
akan lari dari hal-hal yang membahayakan dirinya, tetapi mereka itu berani
menyuguhkan dirinya ke dalam neraka dengan menentang ayat-ayat Allah.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan
dalam keadaan fitrah. Maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani atau Majusi." (HR.Muslim).
Anak yang dilahirkan pasti dalam
keadaan suci dan masing-masing membawa fitrah masing-masing. Fitrah adalah
sesuatu yang ada dalam jiwa seseorang dan memerlukan proses pendidikan untuk
mengembangkan fitrah tersebut. Proses pendidikan yang paling berperan adalah
pendidikan dari bapak ibunya. Bagaimanakah si anak akan terbentuk, dan
fitrahnya bagaimana terbentuk, sangat bergantung pada pola asuh kedua orang
tuanya. Kedua orang tualah yang bertugas untuk membentuk pribadi dan hati
anak-anaknya. Demikianlah bersihnya hati setiap mausia. Bagaimana ia terbentuk,
sangat bergantung bagaimana orang tua membentuknya.
Dan beruntunglah orang-orang yang senantiasa
mensucikan hatinya. Seperti halnya firman Allah dalam Q.S Asy-Syams
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
9.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
Beruntunglah orang yang senantiasa mensucikan
hatinya. Lantas, dengan apa kita mensucikan hati kita? Kita sucikan dengan
ketaatan kita kepada Allah, dengan senantiasa shalat berjamaah, membaca dan
mentadabburi Quran, menghidupkan Qiyamul lail, dan segala perbuatan yang mampu
mendekatkan kita kepada Sang Khalik. Dan tentunya, dengan selalu mengingat
Allah, hati akan tenteram.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
28.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.
(Q.S Ar-Ra’d:28)
Hanya dengan menyebut nama Allah lah hati kita
akan tenang. Lantas, jika manusia dalam keadaan gelisah, cemas, galau, putus
asa, serba mengeluh maka cukup Allah lah yang perlu kita ingat. Dengan demikian
Insya Allah hati akan tenang, dan hati akan selalu bersih. Ibarat kaca yang
berdebu, jika titik-titik debu tersebut kita biarkan terus menerus, maka debu
tersebut akan menjadi kotoran yang sulit untuk dibersihkan, namun jika kita rajin
untuk membersihkan, maka cermin tersebut akan selalu bersih. Begitulah hati.
Sebaliknya jika hati tersebut jarang atau bahkan
tidak pernah kita bersihkan. Jika hati yang senantiasa dibersihkan maka ia
beruntung, sebaliknya jika jarang dibersihkan maka ia merugi. Seperti halnya
firman Allah dalam Q.S Asy-Syams:
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
10.
dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Bentuk-bentuk pengotoran hati tersebut adalah
dengan senatiasa melakukan kemaksiatan. Senantiasa menjauhkan diri dari Allah.
Menjauhkan diri dari majlis-majlis ilmu. Menjauhkan diri dari sahabat-sahabat
shalih. Hingga hatinya penuh dengan sikap putus asa, iri, dengki, sombong dan
sifat-sifat tercela lainnya.
Hati inilah yang menjadi penentu amal perbuatan
manusia. Seperti sabda Rasulullah, "Sungguh dalam tubuh manusia, ada
segumpal daging. Jika gumpalan daging itu benar, maka benarlah seluruh badan
manusia, dan jika gumpalan daging itu rusak, maka rusaklah seluruh badan
manusia. Gumpalan daging tersebut adalah hati" Begitulah peran hati
manusia, harus selalu dirawat agar sehat dan bersih. Agar manusia dapat
membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk serta bagus dan jelek. Dan
sudah jelas, gumpalan daging itu adalah hati.
Malikat bertanya kepada Allah, Ya Allah kami tahu
bahwa Engkau menciptakan tangan untuk bekerja, kaki untuk berjalan dan berlari,
mulut untuk berbicara, telinga untuk mendengar, namun kami masih belum mengerti
kenapa Engkau ciptakan segumpal daging di rongga dada. Allah berfirman, di
situlah tempat bersemayamku. Allah bersemayam di hati orang-orang mukmin
tentunya.
Maka, jika hati kita tidak lagi diisi oleh Allah, segala perbuatan
kita tidak didasari oleh Allah, dan kita tidak menghadirkan Allah dalam hati
kita, maka sesungguhnya kita sudah merusak fungsi hati kita. Kita berbuat
dzalim atas hati kita. Inna Kunna
minadzoolimiin, sesungguhnya kita termasuk orang-orang yang dzalim.
Memang iman selalu naik dan turun. Tidak
selamanya kita menjadi orang yang benar, dan ada kalanya kita berbuat dosa dan
salah. Untuk itu, ada doa yang diajarkan oleh Rasulullah agar kita terhindar
dari 4 keburukan, salah satunya adalah masalah hati. Rasulullah berdoa, "Allahumma inni a'udzubika min 'ilmin laa
yanfa', wamin qalbin laa yakhsya', wa min nafsin laa tasyba', wa min da'watin
laa yustaajaba lahaa." Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu
yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak pernah khusyu', dan dari nafsu
yang tidak pernah kenyang, serta dari doa yang tidak Engkau kabulkan."
Mari senantiasa untuk bertazkiyah hati kita. Dan mari kita senantiasa menjaga
amalan-amalan hati.
Oleh : Jabbar Sambudi, S.E
(Anggota Tim Ahli IKPM Solo Raya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar