Breaking

Kamis, 10 Januari 2019

Edisi 21 : Obat Bernama Al Qur’an

 

Oleh: Al-Ustadz Muhammad Hafidz Efendi
(anggota forum bisnis IKPM Solo Raya)

Al Qur’an merupakan kitab teragung yang diturunkan di muka bumi ini. Salah satu keagungannya terlekat pada keindahan, keserasian dan keseimbangan kata-katanya. Lebih lagi banyak terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang sungguh mengagumkan ilmuwan masa kini. Untuk mewujudkan kehidupan manusia yang bahagia, Al Qur’an hadir dengan berbagai macam fungsi dan keistimewaan. 

Diantara salah satu keistimewaannya adalah Al Qur’an sebagai syifa’ atau penyembuh. Al Qur’an dapat berfungsi sebagai syifa’ bagi orang-orang yang beriman atas berbagai macam penyakit baik fisiologis maupun psikologis, dan bagi orang yang mengetahui dan mengamalkannya dapat berfungsi sebagai penyembuh dari penyakit kebodohan.


Lewat beberapa ayat-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala telah mengisyaratkan bahwa Al Qur’an merupakan obat penyembuh dan penawar atas berbagai macam penyakit, baik itu penyakit yang bersumber dari jasmani maupun ruhani. 

Dalam surat Al Isra’ ayat 82 Allah berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا (٨٢)

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”

Ayat tersebut dengan jelas menyatakan bahwa Al Qur’an juga memiliki fungsi sebagai penawar atau penyembuh serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Syaratnya memang iman, karena Al Qur’an memberikan bukti bagi mereka yang percaya, sedangkan yang tidak percaya hanya akan membantah kebenaran Al Qur’an dan tidak mendapatkan faedah apapun darinya. Inilah kenapa orang-orang zalim dalam ayat tersebut disebut sebagai orang-orang yang merugi.

Baca juga : Bukan Bacaan Biasa 
.
Dalam karyanya yang berjudul Konsep Syifa’ dalam Al Qur’an; Kajian Tafsir Mafatih Al Ghaib Aswandi menjelaskan bahwa cakupan makna yang berasal dari akar syifa’ dalam Al Qur’an banyak sekali. Kata syifa’ secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang berarti obat atau penawar. 

Dalam kamus Al Munjid Al Lughoh Wa Al A’lam berarti obat dan kesembuhan.
Dalam kamus Al Bisri, kata syifa’ terangkai dalam kalimat syifa’un minal maradh yang berarti kesembuhan.
Sedangkan dalam kamus Munawwir berarti menyembuhkan, dan ketika ia berbentuk jamak asyfiyatun berarti obat. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kata ini tidak lepas dari makna penyembuh dari penyakit.

Baca juga : Amalan Hati

Setelah memahami ayat-ayat Al Qur’an tentang syifa’, Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi membagi obat (syifa’) dengan dua bagian. 

Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik yaitu seperti madu, buah-buahan dan lemak hewani yang disebutkan dalam Al Qur’an. 

Kedua, obat maknawi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan qalbu manusia, seperti do’a-do’a dan isi kandungan dalam Al Qur’an. Pembagian dua kategori obat tersebut didasarkan pada asumsi bahwa dalam dua diri manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu, jasmani dan rohani.
Sehubungan dengan Al Qur’an yang berfungsi sebagai obat baik bagi penyakit jasmani atau rohani, maka perlu kiranya kita mengetahui makna kesehatan menurut organisasi kesehatan dunia dan para ulama Islam sendiri sebagai bentuk acuan atau gambaran seseorang mendapatkan gelar terbebas dari penyakit sebagai lawan kata kesehatan.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1974 menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. 
Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, rohaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.
/
Menurut Dr Salman Harun dalam bukunya Mutiara Al Qur’an seseorang dapat terjangkit penyakit karena kelebihan atau kekurangan zat tertentu di dalam tubuhnya. Kekurangan atau kelebihan zat tertentu dalam diri seseorang erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi serta tekanan jiwa yang berasal dari lingkungannya. Mengenai obat yang diberikan kepada penderita penyakit tertentu tidak mampu seluruhnya mengobati tanpa efek samping. 

Maka dari itu Al Qur’an tidaklah hanya menjelaskan bentuk anjuran pengobatan, akan tetapi lebih megutamakan upaya pencegahan dalam mencegah lahirnya sebuah penyakit baru dan menghambat menyebarnya penyakit yang telah menguasai masyarakat.

Baca juga : Santri, Jiwa Qur’ani dan Perjuangan Umat

Sedangkan sumber penyakit menurut teori ilmu kesehatan kontemporer adalah berasal dari empat macam, yaitu:
  1. Toksin (racun) yang tertimbun dalam tubuh
  2. Suhu badan yang tidak seimbang
  3. Sirkulasi udara yang tidak seimbang
  4. Pikiran yang tidak seimbang (stress, depresi, dan gangguan-gangguan jiwa)
Adapun makna dari penyakit adalah sesuatu pengertian yang mengandung penyebab, gejala-gejala, sitonim penyakit, baik perubahan yang terlihat pada tubuh jasmaniah yang disebut tanda-tanda klinis, maupun perubahan yang ditemukan pada laboratorium seperti perubahan susunan sel-sel darah merah, gula darah, perubahan jumlah atau komponen kecing, kotoran dan seterusnya.

Baca juga : Menggugah Nilai-nilai Ilahiyah Yang Hampir Pudar Pada Karakteristik Ekonomi Keluarga Muslim

Jika dikaitkan dengan ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa, maka dari semua cabang ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) dan kesehatan jiwa (mental health) adalah yang paling dekat dengan agama, bahkan dalam pencapaian derajat kesehatan yang mengandung arti keadaan kesejahteraan (well being) pada diri manusia, terdapat titik temu antara kedokteran jiwa/kesehatan jiwa di satu pihak dan agama di pihak lain.
Dari beberapa untaian penafsiran ayat-ayat tentang syifa’ yang telah dirinci di atas, dari keempat ayat tersebut dapat ditarik benang merah bahwasanya Al Qur’an memiliki kemukjizatan yang luar biasa sebagai: 

Pertama, obat yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit baik penyakit jasmani dan rohani yang telah diderita oleh manusia. 

Kedua, sebagai petunjuk bagi manusia yang telah mengalami kesesatan sehingga jauh dari jamahan kasih saying Allah subhanahu wa ta’ala sehingga justru dekat dengan adzab-Nya. 
Ketiga, Al Qur’an sebagai rahmat yang menghasilkan iman, serta hikmah serta menurut kebajikan dan keinginan (mendekatkan diri kepada-Nya) di mana seluruh mutiara yang berniali ini tidak akan diperoleh kecuali orang yang beriman dengannya, membenarkan isinya, dan mengikuti petunjuknya. Maka dari inilah dapat diketahui bahwa Al Qur’an sungguh merupakan penyembuh dan rahmat. Wallahu a’lam bi ash showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar