Breaking

Kamis, 23 Mei 2019

Edisi 27 : Ramadhan, Al Qur’an dan Keimanan Manusia


Oleh: Bagus Ardiyanto
(Anggota IKPM Solo Raya)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(١٨٥)

Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (Al Baqarah: 185)

Ayat di atas merupakan ayat yang berisi tentang dasar penetapan keistimewaan bulan Ramadhan. Bulan di mana Al Qur’an diturunkan sebagai pentunjuk umat manusia. Imam Bukhori dalam tafsirnya bahkan menyebutkan tidak hanya Al Qur’an, melainkan kitab-kitab suci lainnya juga diturunkan pada bulan ini.

Baca : Ustadz H. Syarif Abadi - Siapakah Orang Yang Bangkrut Itu?

Dengan mengutip hadits yang diriwayatkan oleh beberapa rowi seperti Imam Ahmad, Thobroni, Abu Ya’la, Imam Bukhori menyebutkan bahwa kitab-kitab suci seperti Suhuf Ibrahim, Zabur, Taurat dan Injil semuanya diturunkan di bulan ini meski di hari yang berbeda. Ini berarti bahwa bulan Ramadhan memang bulan istimewa yang mana kegelapan manusia menemukan solusinya di bulan ini.

Turunnya Al Qur’an di bulan Ramadhan merupakan rahmat Allah kepada seluruh manusia. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ternyata banyak dari kitab-kitab suci sebelumnya juga diturunkan di bulan Ramadhan.

Hal menunjukkan bahwa ada rahasia keistimewaan bulan ini. Syeikh Amin Al Khuli memberikan penjelasannya terkait dengan hikmah turunnya Al Qur’an di bulan Ramadhan dengan mengatakan bahwa di bulan ini manusia menyadari fitrah kemanusiaannya.

Baca : Obat Bernama Al Qur’an

Manusia menyadari bahwa ia adalah makhluk yang lemah, merasakan lapar dan dahaga, dan dengan begitu berkurang kekuatannya sehingga sisi lemah manusianya sangat menonjol.

Kelemahan tersebut menunjukkan bahwa manusia selalu menemui batas di semua perbuatannya. Tidak semua hal bisa ia lakukan, dan begitupula tidak semua pengetahuan bisa ia ketahui.

Oleh sebab itu, turunnya Al Qur’an sebagai petunjuk merupakan rahmat bagi manusia sebagai pelengkap dari kekurangan tersebut. Al Qur’an memiliki kandungan ilmu pengetahuan tentang segala kebenaran yang dibutuhkan manusia.

Baca : KH Hasan Abdullah Sahal - Jangan Sombong dengan Amal Baik

Dalam pembukaannya Al Qur’an sudah menyatakan kebenaran isinya, dan sekaligus memproklamirkan bahwa ia adalah kitab suci yang teristimewa daripada kitab suci lainnya, apalagi dengan kitab-kitab maupun buku-buku lainnya.

Seakan memberikan harapan pasti bagi siapapun yang membukanya, Al Qur’an mempersilahkan bagi para pembacanya untuk mencari jawaban yang diinginkan.

Seperti sebuah ensiklopedia lengkap dengan bahasa yang mudah dipahami, menjadikan Al Qur’an bagai Alam semesta yang dibukukan.

Baca : Air dan Mukjizat Penciptaan

Kebenaran Al Qur’an sebagai wahyu yang turun dari Allah subhanahu wa ta’ala telah mendapatkan banyak hujatan sejak dulu.

Misalnya seorang Orientalis Jerman Theodore Noldeke menulis karya berjudul The History of The Qur’an memulai membuat tuduhan bahwa isu inti dari Al Qur’an bahwa Muhammad bukanlah seorang yang ummi atau tidak bisa membaca dan menulis.

Tuduhan ini untuk memberikan pernyataan bahwa Al Qur’an adalah karangan Muhammad.

Namun tuduhan ini pun langsung terjawab dengan fakta historis bahwa di kalangan Arab Quraisy, ketrampilan membaca dan menulis merupakan ketrampilan yang akan membawa seseorang masuk dalam golongan bangsawan Makkah, karena ketrampilan tersebut sangat penting dalam membuat perjanjian dengan kabilah lainnya di tanah Arab.

Baca : Pesan dari Q. S Ibrahim ayat 28 - 31 kepada seluruh Calon Penguasa

Namun faktanya Nabi Muhammad tidak demikian. Oleh sebab itu, tuduhan Noldeke ini merupakan tuduhan kosong yang berangkat dari asumsi kosong tanpa bukti.

Jawaban lain tentang keabsahan Al Qur’an adalah wahyu dari Allah adalah tanggapan dari Profesor Keith L Moore. Professor berkebangsaan Amerika ini memberikan tanggapan tegas bahwa Al Qur’an bukan karangan Muhammad setelah penelitiannya tentang konsep embriologi dalam Al Qur’an.

Beliau menyatakan bahwa apa yang dijelaskan dalam Al Qur’an merupakan temuan yang baru bisa dicapai di Abad Modern, karena membutuhkan peralatan medis yang canggih untuk bisa sampai pada fakta tersebut.

Baca : KH Syamsul Hadi Abdan : Meningkatkan Semangat Berkorban Telaga Hati (Spesial Ramadhan)

Oleh sebab itu beliau berkesimpulan bahwa Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mungkin mengarang ayat tersebut, terlebih sedetil itu.

Selain itu ayat-ayat ilmiah seperti api di dalam laut, sungai yang berada di bawah samudera, adalah beberapa fakta yang menyatakan bahwa Al Qur’an adalah kebenaran yang diturunkan oleh Tuhan Semesta Alam dan bukan karangan manusia, karena belum pernah ditemui sejarah tentang pengalaman Nabi Muhammad menyelam sampai dasar laut.

Di sinilah kebenaran Al Qur’an yang tidak bisa dibantah. Hingga Allah menantang manusia bagi barang siapa yang tidak mempercayai Al Qur’an adalah dari Allah untuk membuat Al Qur’an tandingan atau bahkan cukup satu surat saja dengan mengajak seluruh bala bantuan dari jin dan manusia.

Baca : Santri, Jiwa Qur’ani dan Perjuangan Umat

Tantangan ini diberikan karena untuk menjawab kesombongan mereka yang tidak mengimani kebenaran Al Qur’an, dan sudah tentu mereka tidak akan bisa melakukannya.

Walhasil, akan nampak dari golongan manusia yang mau beriman dan yang tetap dalam kekafirannya. Dengan demikian Al Qur’an telah menjadi pembeda (al Furqon) antara yang haq dan yang bathil.

Sebagaimana karakter ilmu yang tidak akan berbuah bila tidak diamalkan, demikian pula Al Qur’an. Sebagai sumber ilmu Al Qur’an juga seharusnya diamalkan. Pengamalan Al Qur’an akan menjadikan seseorang lebih baik, meningkatkan keimanan dan sekaligus intelektualnya.

Baca : Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah; Doktrin dan Ilmunya di Era Sosial Media

Kepribadian seorang mukmin yang jenius inilah yang menjadi dambaan setiap insan. Maka tidak berlebihan bila Sayyid Quthb pernah menuliskan tentang “generasi Al Qur’an” dalam bukunya Ma’alim fi ath Thariq bahwa generasi sahabat adalah generasi Al Qur’an yang menjadikan mereka sebagai sosok manusia unggul dalam sejarah umat manusia.

Karena Al Qur’an telah menjelma menjadi sosok manusia yang akhlaq dan perbuatannya mencerminkan isi kitab suci tersebut. Umar bin Khattab pernah mengatakan bahwa:

كنا نحفظ العشر آيات فلا ننتقل إلى ما بعدها حتى نعمل بهن

Kami dulu pernah menghafal 10 ayat, lalu kami tidak akan melanjutkan seterusnya sehingga kami mengamalkannya.”

Baca : Spiritualitas Dalam Kerja

Demikianlah Al Qur’an diturunkan kepada manusia. Sebagai sebuah petunjuk dalam menapaki kehidupan membuat kitab suci ini sangat sarat dengan ilmu pengetahuan.

Terlebih lagi isinya memberikan jaminan kebenaran mutlak sehingga tidak perlu ada keraguan dalam menelaahnya.

Selain itu, turunnya Al Qur’an melalui sosok manusia agung dan memiliki kualitas intelektual di atas rata-rata, yaitu Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam, menambah sisi kemukjizatan Al Qur’an karena beliau mampu menjelaskan isi Al Qur’an dengan sangat mudah dan tepat.

Baca : Bom Waktu Media dalam Masyarakat

Akhirnya Ramadhan kembali menjadi bulan yang istimewa dengan turunnya Al Qur’an. Bulan yang dikenal dengan bulan puasa ini ternyata masih memiliki rahasia luar biasa sebagai patokan zaman, di mana era kegalapan manusia menuju cahaya hidayah dari Allah.

Kebenaran Al Qur’an sebagai petunjuk manusia hanya bisa dipahami oleh mereka yang mau mengimaninya. Sesuai dengan namanya Al Furqon, Al Qur’an telah membuat pembeda antara orang yang beriman dan orang yang kafir.

Maka tepatlah bila seruan wajib berpuasa hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kami bertaqwa”. Wallahu a’lam bi ash showab.

Baca : Membangun Semangat Komitmen Kolektif Kolegial dalam Perjuangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar